"Yang Penting Halal"

“Yang Penting Halal”
Oleh: Syifa.M

Sore itu saya sudah bersiap untuk menemui teman kampus di salah satu mall di depok namun gagal, dia memutuskan untuk ganti tempat. Saya langsung memesan ojek online tanpa melihat fotonya. Tidak lama menunggu, driver itu sudah sampai dan ternyata dia seorang perempuan.

“ke ... kan ya?”

“iya benar, maaf ya mba tadi saya ngechatnya manggil pak. Gak liat foto hehehe.”

“tidak apa-apa sudah biasa.”

“masih sekolah ya, dek?” katanya sambil tersenyum pada spion.

“udah kuliah mba. Saya baru  mau naik semester 6.” Sahut saya yang butuh pengakuan kalau saya sudah kuliah. Bukan anak SMP atau SMA. Apalagi anak SD.

“wah udah sebentar lagi ya. Saya juga sempat kuliah, sampai semester 4 tapi saya gak terlalu suka belajar. Sayang ya kalau dipikir-pikir.” Katanya.

“wah, iya tapi gak apa-apa mba. Teman-teman saya juga ada yang langsung bekerja. Rezeki gak akan kemana.” Sahut saya berusaha membuat suasana netral.

“ngomong-ngomong mba keren, mba pemberani ya.” Lanjut saya yang tidak ingin kehilangan momen.

“alhamdulilah, saya padahal sering dapat komentar miring dari tetangga soal profesi saya tapi toh yang ngejalanin saya. Saya tidak akan maju kalau mendengar omongan orang-orang kan. Yang kerja saya, yang dapat uang saya, yang menikmati hasilnya juga saya. Jadi komentar-komentar itu cuma lewat aja, dek.” Sahutnya sambil terkekeh.

“Iya betul. Ngomong-ngomong mba rumahnya di mana?” sahut saya penasaran.

“saya deket sama rumah adek. Saya anaknya pak RW ... adek pasti tahu.” Dia tertawa.

“Oh, saya tau itu RW sebelah ya. Yaampun, gak nyangka saya. Mba udah berkeluarga belum? Saya jadi bingung mau manggil mba apa ya hehehe.” Kata saya yang masih kaget.

“udah berkeluarga. Bebas kok. Ibu juga gapapa.” Katanya masih tersenyum.

“wahh tapi mba masih muda. Saya panggil ibu aja deh tapi.” Sahut saya.

“iya, bebas.” Katanya.

“jarang-jarang bu ada anak orang yang punya jabatan mau kerja kayak gini.” Sahut saya masih kagum.

“iya, banyak yang bilang begitu. Tapi saya berpikir lagi dek, yang punya jabatan dan kekayaan itu keduaorangtua saya. Saya tetap tidak punya apa-apa. Saya juga bakalan menjalani kehidupan ini sendiri dengan pasangan dan anak-anak saya. Jadi untuk apa membanggakan apa-apa yang orangtua kita punya.” Katanya dan saya mengacungkan jempol kepadanya.

“iya bu bener banget. Anak-anak jaman sekarang tapi masih ada yang kayak begitu bu. Harus punya barang-barang branded dan lain-lain karena membanggakan pekerjaan orangtuanya.” Sahut saya.

“nah yang kayak gitu nanti susah berumah tangganya. Syukur-syukur dapat pasangan yang kaya.” Katanya sambil tertawa. “yang penting adek bisa ngebawa diri agar tidak seperti mereka. Tetap jadi diri sendiri. Gak usah aneh-aneh lah. Gak perlu nyusahin orangtua.” Katanya dan saya mengangguk pasti.

“dalam bekerja, walaupun hasilnya sedikit, yang penting halal. Insya Allah rezeki kita bakal nambah. Dan lakukan dengan ikhlas apapun yang kamu kerjakan.” Sahutnya lagi-lagi membuat saya bertepuk tangan.

“wah, ibu bener banget. Pakai hati ya bu.” Sahut saya dan dia mengangguk pasti.

“ngomong-ngomong anak-anak ibu gak apa-apa ni ditinggal kerja seperti ini?” sahut saya yang penasaran.

“tidak apa-apa kan ada suami saya yang jagain juga. Ada kakek-neneknya juga. Yang penting kita semua tetap saling berkomunikasi.” Katanya sambil mengangguk pasti.

“wah, ibu panutan banget deh. Semoga lancar ya bu rezekinya. Terimakasih bu, semangat!” Sahut saya ketika sudah sampai di lokasi.

“siap! Kamu juga harus semangat!” katanya sambil tertawa.

Seketika hati saya tergerak. Ya, saya harus semangat. Tidak peduli hujan badai, teman-teman menyebalkan, atau bahkan bertemu orang-orang yang diluar ekspektasi saya. Bagaimanapun siapa yang menjalani hidup ini kalau bukan diri sendiri. Dan seperti yang pernah saya sampaikan di tulisan yang lalu, tidak peduli siapa orangtuamu, apa jabatan keduaorangtuamu, kamu dari golongan keluarga apa, tetaplah menjadi dirimu sendiri dengan potensimu.


Dan yang penting: lakukan segala sesuatu dengan hati, sebab hati adalah cermin dirimu.


Sekian coretan saya,

Selamat tidur. :p

Komentar