1234 × 0 = ...

6/8/2016. >12AM.

there's only 1 thing, 2 do, 3words, 4 you... I love you... (lagu ini indah. Dulu.)

Dulu. Dulu sekali ketika pagi itu kita bertemu. Ya. Kita benar-benar memulai semuanya.

Awalnya memang aku berharap lebih, tapi realita selalu berbalik arah.

Mungkin angin malam membawa semua ingatan ini kembali.
.
.
.
Pagi itu cerah. Dan untuk kali pertama setelah aku bisa melalui berbagai angka-angka 'mengesankan' itu, aku menarik napas lega. Bersamaan dengan itu, dirimu melintas. Entah. Aku tidak bisa berkata-kata. Rasanya kaku.

BAGAIMANA BISA ORANG SEPERTIMU ADA???

aku seperti dibangunkan dari tidur. Jarak kita sangat dekat saat itu dan kamu begitu mempesona. Ya. Sangat mempesona. Dan aku mencuri tatap. Gagal? Mungkin. Karena kamu melihatku saat itu.

Hari-hari berjalan penuh sesak. Sesak oleh benak yang penuh olehmu. Bahkan ketika kita semakin dekat dan seolah sudah benar-benar rekat. Ah! What a man!

Kemudian diriku tenggelam di setiap detiknya. Detik bersamamu. Dirimu unik. Hanya sedikit mungkin yang mengetahui dirimu lebih dalam. Kamu juga tidak sadar, ada banyak kaum hawa yang mengincarmu di luar sana. Kenapa?
Karena aku selalu mendengarnya. Mereka menggumamkan namamu dengan bahagia ketika kamu mulai membenamkan diri dengan analisismu yang mengagumkan.

Saat itu, aku sudah memprediksi. (Walau ku tahu sejak awal kamu bahkan tidak mengidolakan mereka).
Namun, aku yakin pasti akan ada seseorang yang tepat. Seseorang yang benar-benar mengerti kamu lebih dalam.
Sementara aku merasakan itu, aku hanya berharap perasaan ini pergi begitu saja.

Harapan ini ternyata mati di tengah jalan. Aku gagal menghilangkan perasaan ini. Aku resmi mengagumimu. Sial!

Bukan bermaksud ingin menikammu dengan pisau semu yang akan merusak suasana ini. Waktu memaksaku untuk menikammu. Bahkan kamu memulainya lebih dulu. Memulai waktu yang lagi-lagi membuatku sesak. Beku. Kikuk. Takut.
.
.
.
Detik berikutnya kamu menikamku juga.
Kita sama-sama terluka. Dan aku ingin meninggalkanmu. Saat itu dingin, aku kesal kepada hujan!
Ingin rasanya berlari menjauhimu. Gagal.
Bagaimanapun kamu pernah membantuku menemukan sebagian diriku.
Dan aku sangat berterimakasih kepadamu.

Kemudian, prediksiku benar. Kamu mendapatkan dia.
Dia yang ku bayangkan dan dia yang benar-benar mengertimu. Mengerti keadaanmu (sungguh-sungguh).

Tuhan adil.

Mungkin ini jalan terbaik.

Aku senang dalam kehampaan yang ada. Aku kembali bisu untuk beberapa saat.
.
.
.
Beruntungnya, aku menemukan banyak tugas-tugas di kelas, hal ini justru mengisi kehampaan-kehampaan yang berlalu lalang seolah tanpa dalang. Jalang!

Risau. Kacau.
.
.
.
Malam itu aku menatap bintang. Nyaris menangis karena cahayanya terlalu jauh. Sungguh, Membuat mata ini perih.
Di samping bintang, sang bulan tersenyum penuh misteri. Aku ikut terbuai hingga mereka menghilang di balik awan.
.
.
.
Selamat malam,
Terimakasih.
Aku beruntung pernah bertemu kamu.
Bahagialah dengan dia yang telah mengertimu, rokok kesayanganmu dan segenap lagu-lagu yang pernah kita dengar berdua. Ya. Di sana. Di masa lalu.
***

Komentar