Pacar Rasa Teman, yakin? (Sebuah kisah yang epik tapi klasik. Klasik tapi asik)

Malam itu gue lagi galau. Galau level 10. Dan kegalauan ini berpotensi meningkat hingga belasan bahkan puluhan. Lebay emang. Hahaha. Tapi, berhubung nama asli gue ini berarti ‘obat’, gue bisa menemukan obat galau untuk gue sendiri nih, hahaha. Jadi gini, gue ingin membagikan kisah yang cukup epik tapi klasik—Klasik tapi asik yang pernah dialami sama gue dan temen deket gue.

Suatu hari yang cerah berawan nan manis menawan, gue ketemu cowok yang amat sangat-sangat baik dan mampu mengerti gue dan segala keresahan yang ada. Haha, oke izinkan gue menuliskan kata-kata yang puitis ya di sini sebab begitulah adanya.

Awalnya, kita hanya teman biasa. Lama-lama jadi suka. Klasik banget kan. Oke, lama-lama jadi ada perasaan-perasaan yang berbeda. Seiring berjalannya waktu. Tapi saat itu si dia memberikan gue kode-kode. Udah kayak anak pramuka nih gue sama dia. Mulai dari kode yang terbaca sampai kode yang menembus hati dan pikiran. Eaaaa gila gak nih. 

Wah dari sini gue mulai curiga-curiga seneng gitu hahaha. Di sisi lain gue meragukan dia karena gue merasa “ah, gak mungkin lah gue jadi sasarannya dia. Dia pasti punya orang yang lebih bermakna daripada gue.” tapi disisi lain gue seneng karena “wah, akhirnya gue menemukan orang yang pas nih,”

Nah, girls! Please baca ini sampe abis. Please banget.

Dari sinilah gue rasa kode-kode muslihatnya dia udah makin kerasa. Usahanya boleh gue bilang dapat nilai 9 lah. Mulus banget. Kayak jalan tol baru jadi. Eaaaa.

Tapi lagi-lagi, gue disini gak ngebalas kode-kode itu karena gue ngerasa males aja gitu main kode-kodean. Itu udah pernah gue lakuin selama di sekolah. Jadi, ketika gue udah menjadi mahasiswi, gue merasa hal itu gak terlalu penting. Akan lebih baik ya langsung ngomong. Misal: “eh, gue berasa aneh nih di deket lo, kayaknya lo sekarang sudah mencuri hati gue, sini balikin!” kira-kira kayak gitu, maksud gue.

Nah, yang terjadi di sini adalah, gue gak mengambil langkah ekstrem sementara kode-kode dia semakin mampu gue baca dan makin banyak aja nih. (Psst. Gue dapat kemampuan membaca kode ini dari teman-teman gue dan tentunya gue juga melakukan penelitian kecil-kecilan) Nah, gue pun mulai menganalisa segala perilakunya yang membuat gue mabuk.

Jadi, malam itu gue lagi pusing banget sama teka-teki yang dia berikan itu, gue melakukan penelitian. Dan ternyata hasilnya masih 50:50. Tapi saat itu gue yakin, ada yang dia sembunyiin dari gue.
Dengan ilmu sok tahu gue, gue menduga bahwa dia mungkin sedang ‘menggantungkan’ beberapa wanita diluar sana. Suatu waktu, dugaan gue dengan ilmu sok tau gue benar. Wesss seneng banget gue. Seketika aja gitu, objek yang lagi gue duga menghampiri gue dan meminta pertanggungjawaban kepada gue sebab gue telah menghamili eh telah mencuri hati pasangannya. Wah, detik itu juga gue rasanya ingin marah dengan elegan. Sambil gue kasih kan itu bukti-bukti cowoknya yang telah melakukan ‘agresi’ berulang kali. 

Tapi gue urungkan niat itu. Gue masih ingin menikmati momennya. Saat itu, objek itu pun memberi gue ‘teguran’ yang amat halus hingga menyentuh kalbu. Alhasil, dengan serpihan jiwa-jiwa kepedulian yang masih melekat di tubuh gue, akhirnya rencana gue untuk ‘menginvasi’ hati si cowok gue batalin. Batal total. Sebab gue rasa gak ada gunanya gue melakukan tindakan itu.

Nah “teguran-teguran” mengesankan ini telah dialami temen gue juga. Kira-kira seperti ini bunyinya.

“Halo, mba, eh jangan deket-deketin cowok gue ya. Cowok gue itu paling sayang ya sama gue. Jaga ya mba matanya tolong.” Kata mba-mba di seberang sana yang lagi dimabuk cinta.

“Oh, itu karena cowok mba sekelompok sama saya di kampus. Tenang mba, saya chat sama cowok mba itu hanya membahas soal kerja kelompok.” Ucap temen gue sambil ngasih bukti-buktinya.

“gue gak percaya. Lo kalo berani sini temuin gue di...”

“oh, oke ayo mba.”

“eh lo nantangin gue.”

“tadi kan mba ngajak  ketemuan.. ya saya juga mau menyelesaikan masalah ini.”

“lo ngaca ya, cewek kayak lo itu ga pantes untuk jadi pacar cowok gue.”

“iya mba iya. Yaudah mba maunya apa? Saya masih banyak tugas nih. Maaf ya mba, ga bisa lama-lama.”

“hahahaha takut kan lo sama gue. ngaku deh lo.” Sahut si mba.

“mba, ayo kita selesaikan masalah ini dengan bijak.”

“sok bijak lo, bisanya cuma ngerebut cowok orang.”

“mba, sekarang maunya apa?”

“pikir aja sendiri.”

“jadi ketemuan gak? Ayo di mana?”

“gak, gue udah muak sama lo.”

“ini udah selesai belum ya mba? Udah clear?”

“bodo amat.”

Oke kira-kira begitulah yang ‘teguran yang teman gue rasakan’ hal ini juga sebelas dua belas sama teguran yang gue dapat. Gini bunyinya.

“eh, asal lo tau ya lo udah gagal total. Bla bla bla bla” begitulah awalannya.

“oke, saya minta maaf mba. Jadi sekarang saya harus gimana ke mba?”

“gue gatau. Gue gak peduli.”

“yaudah, mba maunya apa?”

“ya, gue gatau. Gue gak peduli. Gimana sih lo bisa paham gak si sama gue?”

“oke, saya gak akan deket sama pacar mba lagi gimana, deal?”

“lo deket sama dia udah lama?” si mba malah nanya lagi.

“kita temenan udah lama mba, yang kita bahas cuma kehidupan sehari-hari.”

“nah, tuhkan, udah mulai ngarang kan lo.”

Tanpa basa-basi gue langsung kirim ss percakapan gue sm si cowok.

“tuhkan lo dasar ih asdfghjklmnopqrstuvxyz....”

“mba, cowok mba itu butuh bersosialisasi.”

“ohh, jadi lo mulai belain dia, emang dasar ya lo asdfghjklmnopqrstuvwxyz.”

“oke mba, saya gak akan ngobrol lagi sama cowok mba. Nih, ya mba, mba itu udah menjadi pemenang di hatinya, seharusnya gak perlu lah emosi kayak gini. Mba jelas-jelas sudah mendapatkan apa yang mba mau.” Sahut gue yang ingin menenangkan si mba.

“oke, inget baik-baik ya, gue pemenangnya dan lo gak perlu berusaha untuk menang lagi. paham?”

“ya, Apa ini clear mba?”

“gue gatau deh udah clear apa belom. Hahaha. Pasti lo ketakutan ya kan?”


Pasti kalian bertanya-tanya, Kenapa gue bisa bilang kayak gini: “akhirnya rencana gue untuk menginvasi hati si cowok gue batalin. Batal total. Sebab gue rasa gak ada gunanya gue melakukan tindakan kekerasan.”
Semata-mata bukannya gue takut untuk menghadapi ceweknya, tapi yang gue pikirkan semalaman suntuk  adalah hal ini: Pacar Rasa Temen.

Walaupun gue tau di awal si cowok hanya menganggap pacarnya hanyalah seorang teman, tapi gue yakin, pasti cowok ini masih ada hati sama si cewek dan gak punya nyali buat mutusin ceweknya. Dan gue pikir-pikir, walaupun gue pernah terbius kode-kode muslihat itu, gue sadar sih untuk apa juga gue pertahanin orang yang kayak gitu. Biarlah dia pergi walau dengan banyak kenangan. Eaaa. Alus nih kayak jalan baru di aspal.

“Sebab menjadi pelarian adalah hal yang tidak enak dan buang-buang waktu.” Kalian harus sadar itu girls!


Dan ‘teguran-teguran’ dari para cewek ini harus bisa kalian abaikan. Walau sulit.



Nah, girls! Sekian kisah gue dan temen gue. Semoga membuat kalian dapat berhati-hati dengan kode-kode yang cuma bikin pusing dan mual selama ini. Tetaplah menjadi dirimu sendiri ya, cheers!

with love,
S.M. 26.1.2018 (1:43 AM).

Komentar