"Pokoknya semester depan kita bareng terus." kata dia sambil mengeluarkan rokok elektrik dari sakunya.
"Tapi, kan kamu belum ambil mata kuliah yang itu, yang ini. Pasti ada bedanya lah." kataku.
"iya ada bedanya. Tapi harus banyak samanya." Kata dia.
"Iya bawel." kataku. Dan kami tertawa.
***
Beberapa bulan kemudian. Di sebuah taman di kampus.
"Sayang, makasih banget novelnya. Aku suka banget. Kok kamu bisa tau sih kesukaan aku." Cewek itu memeluk cowoknya dengan manja.
"I love you." sahut si cowok sambil tersenyum bangga.
"ohya, kita jadi nonton film kan hari ini?" kata si cewek.
"Jadi dong, ohya kamu bisa bantuin aku gak? Tolong, cek ulang tugasku dong." kata si cowok.
"Oke, gampanglah ini." si cewek senyum-senyum manja.
Sore itu mendung. Entahlah sudah berapa detik kuhabiskan untuk menyaksikan percakapan mereka. Aku bahkan belum beranjak pergi dari kursi-ku. Terlalu sesak. Mati rasa.
Bagaimana bisa?
hanya itu yang membayangi ingatanku untuk saat ini. Bagaimana bisa dia pergi begitu saja? Kita bahkan gak satu kelas lagi.
Aku kembali teringat dirinya. Ya, semua tentangnya.
Buku-buku, puisi, lagu-lagu, permen, es krim. Semuanya lepas. Terhempas. Menjadi ampas.
"Kok lu masih di sini? Gak mau pulang?" sahut Zen.
"Ini udah mau pulang." sahutku berusaha tersenyum.
"so, ada masalah?" katanya.
"gak, semuanya ba..." kalimatku terpotong oleh suara cewek yang lagi-lagi berteriak kegirangan. Si cewek lagi-lagi memeluk si cowok.
"Semuanya baik-baik aja. Aku pulang duluan ya," sahutku cepat-cepat.
"Oh well, aku tau sekarang." Zen mengikutiku.
"Udahlah Zen. Pulang aja sana." Aku benar-benar kesal.
"Seharusnya kamu bisa move on. Ngapain mikirin dia yang jelas-jelas udah pergi. Dia udah punya pacar. Please, wake up girl." sahut Zen setengah tertawa.
"move on gak segampang itu, Zen." Kataku.
"are you sure? gak mau nyoba?" Zen membuatku terdiam seketika.
"First, kamu harus yakin sama diri sendiri. Kalo dia peduli sama kamu dia gak bakalan ninggalin kamu gitu aja."
Kata Zen dan aku masih diam.
"Then, coba kamu lihat sekelilingmu. Masih ada sahabatmu, teman-teman, stranger." kata Zen sambil tertawa pelan.
"So, ini tiket film horor. Di jamin seru banget. Kalo gak mau yaudah gapapa gausah dateng." lanjut Zen.
"Zen, aku dateng. Makasih untuk semua sarannya. I owe you one. " kataku senang. Benar-benar senang.
"Are you sure?" Zen tersenyum.
"Absolutely, sure."
"Good. I'll pick u up at 7 pm ok?"
"Ok."
***
Komentar
Posting Komentar